Penjualan Daging Ayam Turun, Ekonom: Jangan Disepelekan Bisa Jadi Indikasi Melemahnya Daya Beli

Benjamin Gunawan selaku Ekonom dan juga Ketua Tim Pantau Bahan Pangan Sumut bersama pedagang ayam dan calon pembeli di pasar simpang limun.( Rubis.id, Ist)

RUBIS.ID, MEDAN - Sejumlah pedagang daging ayam di kota medan mengeluhkan penjualan daging ayam yang menurun belakangan ini, khususnya di tahun 2023. Dari hasil survey di pasar, mayoritas pedagang ayam penyet mengeluh jualan mereka anjlok cukup dalam di tahun ini. Salah satu sampel pedagang ayam penyet di jalan SM Raja menyatakan bahwa, biasanya dia membutuhkan 10 Kg daging ayam di tahun 2022 per hari.Demikian dikatakan Benjamin Gunawan selaku Ekonom dan juga Ketua Tim Pantau Bahan Pangan Sumut kepada awak media melalui releasenya, Selasa (28/3/2023).

Kemudian, jika masuk libur akhir pekan permintaan daging ayam bisa mencapai 15 Kg per hari. "Kali ini permintaan harian daging ayam hanya sekitar 5 hingga 7 Kg. Dimana untuk pemenuhan kebutuhan di akhir pekan hanya berkisar 6 hingga 7 Kg. Beberapa pembeli ibu rumah tangga menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan protein, alternatif selain daging ayam adalah tahu dan tempe atau telur." sebut Benjamin.

Akan tetapi, lanjut Benjamin, tahu dan tempe harganya lebih terjangkau untuk saat ini. Sementara untuk daging sapi, sudah hampir bisa dipastikan bahwa konsumsinya akan lebih menyasar masyarakat menengah keatas. Karena harganya terbilang mahal, meskipun pada dasarnya harga daging sapi di SUMUT dalam 4 tahun terakhir ini terpantau relatif tidak mengalami perubahan.

" Nah, dari penelusuran ke sejumlah pedagang tahu tempe, mereka justru mengalami kenaikan omset penjualan di tahun ini. Kenaikannya bisa mencapai 50% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Setelah melakukan observasi di hilir, observasi di hulu yang saya lakukan ternyata hasilnya juga menunjukan adanya penurunan produksi ayam pedaging di sekitar SUMUT, " ujarnya.

Sementara itu, Sejumlah peternak ayam plasma yang bekerja sama dengan perusahaan besar menyatakan bahwa untuk doc maupun pakan ternak tidak mengalami perubahan. Namun dari penjual pakan ternak khususnya pakan ternak bagi peternak mandiri. Terjadi penurunan yang cukup tajam untuk penjualan pakannya. Nilainya bisa mencapai 60% dibandingkan tahun sebelumnya.

"Jadi kalau peternak plasma saat ini jumlahnya 80%, dan 20% sisanya peternak mandiri. Maka terjadi penurunan produksi sekitar 10% lebih untuk total produksi ayam di wilayah SUMUT. Nah seharusnya penurunan produksi tersebut akan mendongkrak harga jual daging ayam. Tapi fakta dilapangan harga daging ayam saat ini dijual dikisaran 27 hingga 30 ribu per Kg. Dan belakangan justru mengalami penurunan di pekan pertama Ramadhan," ungkap Benjamin.

Benjamin mengatakan, kalau memperhitungkan harga bahan baku pakan ternak (jagung) di kisaran harga 5.800 per Kg. Harga jagung tersebut terbilang sangat mahal. Pada saat harga jagung di transaksikan dikisaran 5.600 per Kg tahun sebelumnya, harga daging ayam sempat di jual diatas 35 ribu per Kg. Dengan struktur pasar seperti sekarang, harga daging ayam saat ini terbilang murah atau wajar.

Dia menilai ada gangguan daya beli sehingga skala prioritas belanja masyarakat menurun dari sisi kualitas. Meksipun dari sisi kuantitas untuk belanja harian pangan masih relatif terjaga. Tetapi potensi penurunan daya beli ini tidak bisa diabaikan apalagi disepelekan. "Sedari awal di tahun ini, saya melihat indeks keyakinan konsumen menurun, terlebih dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya." terangnya. (IL)

Komentar

Loading...