PMII 65 Tahun: Dari Cinta, Lahir Pergerakan – Dari Gerakan, Tumbuh Perubahan

RUBIS.ID - Tak ada cinta yang lebih jujur selain cinta yang tumbuh dari proses bersama. Cinta itu bernama PMII. Ia hadir bukan sebagai ruang sempurna, tapi sebagai rumah yang terus belajar memperbaiki dirinya. Dari peluh kadernya, dari suara lantang di forum-forum diskusi, dari detik-detik panjang yang kita lewati bersama. PMII bukan sekadar organisasi—ia adalah perjalanan spiritual, intelektual, dan emosional yang merajut siapa kita hari ini.

Cinta kita pada PMII bukan cinta biasa. Ia lahir dari malam-malam panjang menyusun agenda, dari aksi-aksi yang membawa idealisme ke jalanan, dan dari pelukan sahabat seperjuangan saat kita hampir menyerah. Di dalamnya, kita tumbuh. Kita saling kuatkan. Kita saling jaga. PMII adalah tempat kita mencintai tanpa syarat—bahkan saat ia menyakitkan, kita tetap memilih tinggal.

Tanggal 17 April 2025 ini adalah hari istimewa. PMII genap berusia 65 tahun. Bukan usia muda, namun bukan pula waktu untuk berpuas diri. Selama itu, PMII telah membuktikan diri sebagai pilar penting dalam gerakan mahasiswa Islam di Indonesia. Ia menjadi wadah perlawanan yang berpijak pada nilai—bukan sekadar pergerakan yang mencari sensasi sesaat.

PMII bukan hanya mencetak aktivis, tapi juga menempa manusia. Manusia yang peka terhadap realitas sosial, manusia yang mampu berpikir kritis, dan manusia yang punya keberanian untuk bicara. Di PMII, public speaking bukan sekadar gaya—tapi cara menyuarakan keadilan. Kita diajarkan bahwa diam bukan pilihan ketika ketidakadilan terus bicara.

Bersama PMII, kita belajar bahwa relasi bukan hanya soal kenalan dan jaringan. Ia tentang kepercayaan, tentang membangun kekuatan yang tak kasat mata tapi terasa nyata. PMII menanamkan nilai bahwa perubahan besar butuh kebersamaan yang kuat. Kita tidak pernah benar-benar sendiri ketika kita berjalan bersama sahabat seperjuangan.

PMII adalah tempat di mana kita boleh gagal, lalu bangkit tanpa dihakimi. Tempat di mana kita boleh berbeda pendapat, tapi tetap satu dalam cita-cita. Di tengah kampus yang kadang dingin dan individualis, PMII menjadi ruang hangat yang memanusiakan proses. Di sinilah, banyak dari kita menemukan versi terbaik dari diri kita.

Namun kita tahu, perjalanan ini tak selalu mulus. PMII pernah goyah, pernah lelah, bahkan pernah dilupakan. Tapi cinta kadernya tak pernah usai. Dari krisis dan konflik, PMII selalu kembali berdiri. Mungkin dengan luka, tapi tidak kehilangan arah. Dari situlah kita belajar: bahwa perjuangan adalah tentang terus berjalan meski tak mudah.

Harlah ke-65 ini harus jadi momen evaluasi, bukan hanya euforia. Kita bertanya pada diri sendiri: apakah kita masih setia pada nilai-nilai dasar pergerakan? Apakah suara kita masih untuk yang tertindas, atau sudah tergoda jadi alat kekuasaan? PMII akan terus ada, tapi nilai-nilainya hanya bisa hidup kalau kita yang menghidupkannya.

Kader PMII hari ini memikul tantangan baru: era digital, polarisasi sosial, krisis iklim, dan krisis moral. Maka kader hari ini tak cukup hanya turun aksi, tapi juga harus menguasai ruang digital, berpikir global, dan tetap membumi. Intelektualitas bukan pilihan, tapi keharusan. Spiritualitas bukan sekadar identitas, tapi arah langkah.

Selamat Hari Lahir PMII ke-65. Terima kasih telah menjadi pelita di saat gelap, pelindung saat genting, dan peneguh saat goyah. Mari kita jaga cinta ini, jangan hanya dengan kata-kata, tapi lewat sikap dan kerja nyata. Karena cinta yang paling tulus adalah yang terus bertahan, bahkan ketika yang lain memilih pergi.

Untuk semua sahabat pergerakan, terima kasih karena telah mencintai organisasi ini dengan cara kalian masing-masing. Mungkin tidak sempurna, tapi nyata. Mungkin tak selalu didengar, tapi tetap diperjuangkan. PMII adalah kita. Dan kita adalah cahaya itu—yang tak boleh padam.

Mari terus berjalan. Meski jalan panjang, meski langkah berat. Karena selama kita menjaga cinta ini, PMII akan terus hidup. Akan terus menyala. Dari cinta, lahir gerakan. Dari gerakan, lahir perubahan.(*)

Komentar

Loading...