Perry Warjiyo: Likuiditas Perbankan Memadai, Kredit Harus Digenjot
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat memaparkan strategi penurunan suku bunga kredit dan target pertumbuhan kredit 2025 dalam Rapat Kerja Komite IV DPD RI, Rabu (3/9/2025).
RUBISID, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan pihaknya telah berdiskusi dengan industri perbankan untuk mempercepat penyaluran kredit sekaligus menurunkan suku bunga. Langkah ini menyusul keputusan BI memangkas suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 5 persen pada Agustus 2025, terendah dalam tiga tahun terakhir.
Seperti diketahui, pertumbuhan kredit per Juli 2025 baru mencapai 7,03 persen. Sementara itu, bunga kredit masih berada di level 9,16 persen, turun tipis dari 9,20 persen di awal tahun.
“Likuiditas di bank itu lebih dari memadai. Tercermin dari alat likuid per Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sangat tinggi, yakni 27 persen. Kami terus tingkatkan likuiditas agar bank semakin leluasa menyalurkan kredit,” kata Perry dalam Rapat Kerja Komite IV DPD RI, Rabu (3/9/2025).
Perry menjelaskan, BI menargetkan pertumbuhan kredit sepanjang 2025 bisa mencapai 8–11 persen. Namun, ia mengakui permintaan kredit masih belum merata di semua sektor. Hingga saat ini, penyaluran kredit masih terkonsentrasi pada sektor berorientasi ekspor seperti pertambangan dan perkebunan, serta sektor transportasi, industri, dan jasa sosial.
“Appetite perbankan untuk menyalurkan kredit itu tinggi. Masalahnya, permintaan kredit memang belum merata ke berbagai sektor,” jelasnya.
Untuk itu, BI telah meminta perbankan menurunkan suku bunga kredit dan deposito agar pertumbuhan kredit semakin meningkat. “Kita diskusi dengan perbankan, dan mereka juga merencanakan serta akan terus menurunkan suku bunga ke depan,” tambah Perry.
Lebih lanjut, Perry menyebutkan transmisi kebijakan suku bunga memerlukan waktu. Penurunan bunga deposito biasanya terjadi dalam tiga bulan setelah BI Rate dipangkas, sedangkan bunga kredit membutuhkan waktu sekitar enam bulan.
“Bank harus menghitung agar stabilitas keuangan tetap terjaga. Tapi arah dari perbankan positif, bahwa ke depan suku bunga baik deposito maupun kredit akan turun. Kami menangkap respon positif dari bank untuk bersama-sama mendorong pertumbuhan kredit dengan prinsip kehati-hatian,” ujar Perry.
Sebagai tambahan, BI juga akan menggelontorkan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) sebesar Rp384 triliun. Dana ini akan diprioritaskan bagi perbankan yang menyalurkan pembiayaan ke sektor strategis pemerintah dalam program Asta Cita, termasuk hilirisasi, pertanian, perumahan, UMKM, serta penguatan ekonomi inklusif.
“Kami terus mendorong pertumbuhan kredit. Tahun ini diperkirakan 8–11 persen, dan tahun depan 9–12 persen,” pungkas Perry. (Harry)