1. Beranda
  2. Ekonomi
  3. Nasional
  4. News

OJK Optimistis Kredit Perbankan Tumbuh 9–11% pada 2025 Meski Pertumbuhan Melambat per Juli

Oleh ,

RUBIS.ID, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tetap optimistis bahwa pertumbuhan kredit perbankan nasional akan mencapai target 9–11 persen pada tahun 2025. Hal ini disampaikan meskipun realisasi kredit hingga Juli 2025 tercatat tumbuh melambat sebesar 7,03 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menegaskan bahwa perlambatan tersebut bersifat siklikal, mengikuti dinamika siklus ekonomi, dan bukan merupakan indikasi pelemahan struktural jangka panjang.

“Optimisme tersebut didorong oleh ekspektasi bahwa kredit masih akan tumbuh seiring meningkatnya permintaan kredit serta didukung usaha bank dalam melakukan ekspansi kredit pada pipeline yang tersedia,” ujar Dian dalam keterangan tertulis, Rabu (10/9/2025).

Optimisme tersebut juga tercermin dalam hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) Triwulan III-2025, di mana Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) mencapai angka 83. Selain itu, PMI Manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 naik ke level 51,5, mengindikasikan ekspansi aktivitas produksi di sektor industri.

Dian memperkirakan bahwa penyaluran kredit akan kembali meningkat pada kuartal III-2025 dan berada dalam jalur yang sesuai dengan target tahunan.

Sebagian Bank Revisi Target, OJK: Masih Kontributif

Meski optimisme tetap terjaga, Dian mengungkapkan bahwa sebagian besar bank telah merevisi Rencana Bisnis Bank (RBB) sebagai bentuk penyesuaian terhadap kondisi ekonomi global dan domestik yang fluktuatif.

“Secara umum terdapat penyesuaian target menjadi lebih konservatif ke bawah. Namun, ada juga beberapa bank yang justru meningkatkan target pertumbuhan kreditnya. OJK menilai sasaran hasil revisi tersebut tetap kontributif bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” tambahnya.

Per Juli 2025, total penyaluran kredit nasional mencapai Rp8.043,2 triliun, tumbuh 7,03 persen yoy. Sementara itu, kredit yang belum ditarik (undisbursed loan) naik 9,52 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 6,89 persen.

Menurut Dian, peningkatan ini menunjukkan adanya ruang kelonggaran penarikan kredit di masa mendatang, yang dapat dimanfaatkan debitur untuk ekspansi usaha.

Risiko dan Likuiditas Perbankan Tetap Terjaga

Dian juga memastikan bahwa risiko kredit perbankan masih dalam batas wajar, dengan rasio kredit bermasalah (NPL) tetap terjaga di bawah 3 persen. Selain itu, tren pencadangan CKPN juga dinilai stabil.

Likuiditas perbankan disebut tetap sehat, terlihat dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) dan Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) yang masing-masing berada di atas ambang batas minimum 10 persen dan 50 persen. Sementara itu, Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di atas 78 persen, namun belum menyentuh batas atas 92 persen.

“Kondisi demikian mengindikasikan bahwa perbankan masih memiliki ruang untuk melanjutkan penyaluran kredit. Namun, ketidakpastian global dan dinamika domestik menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan kredit,” kata Dian.

Faktor Pendukung: Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Pemerintah

Lebih lanjut, OJK menilai bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih solid, ditambah dengan percepatan realisasi belanja pemerintah, akan menjadi pendorong permintaan kredit. Kedua faktor ini diharapkan mampu meningkatkan minat investasi domestik dan memperkuat momentum pertumbuhan kredit di sisa tahun 2025.(*)

Baca Juga