Simak Jurus Mahasiswi Juarai Lomba Karya Tulis Ilmiah
Dokumentasi:
Mahasiswa UPER, Chintya Maulini dan Ade Amalia, saat meraih penghargaan Juara 2 Lomba Paper Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Sriwijaya.
RUBIS.ID, JAKARTA - Sebagai mahasiswa, salah satu tugas yang paling umum diberikan adalah membuat karya tulis ilmiah seperti esai atau paper. Maka dari itu, bagi mahasiswa baru, mungkin akan terasa sedikit kesulitan saat mulai menulis karya tulis ilmiah.
Menurut Michael W. Kraus, Associate Professor dari School of Management Yale University, kesulitan menulis karya tulis ilmiah biasanya dialami mahasiswa karena belum terbiasa menulis, asing dengan struktur penulisan ilmiah, dan analisa data.
Mengutip dari situs Exploratorium.edu, keterampilan membuat karya tulis ilmiah penting bagi mahasiswa karena dapat membantu dalam analisis dan sintesis ide, serta menyampaikannya kepada para pembaca.
Tiga mahasiswi Program Studi Komunikasi Universitas Pertamina membagikan tips untuk menulis karya tulis ilmiah dengan baik. Mereka adalah Netti Anjelina, Chintya Maulini, dan Ade Amalya, yang berhasil meraih prestasi dalam kompetisi esai dan paper nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Sriwijaya.
Ini jurus-jurus mereka dalam menulis karya tulis ilmiah yang baik:
1. Tentukan tema yang ingin diangkat
Sebelum menulis karya tulis ilmiah, pastikan untuk menentukan tema yang ingin diangkat di karya tulis. Meskipun biasanya tema besar telah ditentukan, tentukan tema yang lebih spesifik ingin dibahas.
Netti mengatakan, untuk itu perlu melakukan riset tentang fenomena yang sedang hangat terjadi di media massa atau media sosial.
“Melakukan riset tentang fenomena yang sedang terjadi di masyarakat bisa membuat kita lebih up to date dengan tren yang ada. Sehingga karya tulis ilmiah yang kita buat tidak ketinggalan zaman,” jelas Netti.
2. Pelajari struktur penulisan karya tulis ilmiah
Melansir dari situs EduBirdie, karya tulis ilmiah terbagi menjadi dua jenis, yakni esai dan paper. Perbedaan yang paling mencolok antara esai dan paper adalah panjang dan metode penulisan.
Menurut Netti, esai umumnya lebih pendek daripada paper dengan jumlah kata sekitar 500 hingga 1000 kata. “Selain itu, dalam menulis esai kita masih bisa memasukkan opini kita sebagai penulis,” ujar Netti.
Sedangkan paper, menurut Chyntia, memiliki struktur yang lebih kompleks dan lebih panjang daripada esai. Dalam penulisan paper, pembahasan lebih difokuskan kepada penelitian tanpa menyertakan pendapat penulis.
3. Lakukan riset untuk mencari data pendukung
Selain mengamati fenomena yang tengah terjadi di masyarakat, bacalah buku, jurnal, atau paper yang memiliki topik pembahasan serupa di internet.
“Sesuai dengan namanya, yakni karya tulis ilmiah, tentu kita memerlukan teori atau data-data ilmiah untuk menunjang argumen kita. Jika tidak ada dasar yang kuat, maka argumen kita bisa dipertanyakan oleh penilai,” ungkap Ade.
Jika sudah mendapatkan teori dan data-data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah lakukan parafrasa, atau mengubah struktur kalimat agar tidak terjadi plagiasi.
4. Mulailah menulis karya tulis ilmiah kamu
Jika sudah menemukan ide topik penelitian, tuangkan ide tersebut dalam bentuk tulisan esai atau paper secara terstruktur. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk menjelaskan gagasan penelitian kepada dosen pembimbing nantinya.
“Membuat kerangka paragraf sebelum mulai menulis juga dapat membantu penulisan agar lebih terstruktur dan transisi antar paragraf lebih mengalir,” tutur Ade.
5. Konsultasi dengan dosen pembimbing
Seperti yang sudah diketahui, salah satu tugas dosen adalah melakukan penelitian ilmiah. Maka dari itu, mendapatkan kritik dan masukan dari dosen merupakan salah satu hal yang penting.
“Karena dosen sudah lebih sering melakukan penelitian dan merupakan pembimbing akademik, pastinya dosen lebih paham dengan metode penelitian atau teori yang digunakan. Sehingga kita bisa meminimalisir terjadinya kekeliruan dalam menuliskan argumen,” terang Chyntia.(IL/rel)
Komentar