Harga Emas Sempat Terpuruk Selama Libur Panjang Idul Adha, Gimana Nasib Kedepannya?
RUBIS.ID, MEDAN - Disaat kita tengah libur cuti bersama Idul Adha, di Negara lain khususnya Bank Sentral AS justru memberikan gambaran sulitnya mengendalikan inflasi. Dimana Gubernur Bank Sentral AS atau The FED menyatakan bahwa inflasi akan mencapai target 2% di tahun 2025 mendatang. Yang berarti suku buga tinggi akan bertahan lama nantinya.
Ditambah lagi ada rencana Bank Sentral AS menaikkan bunga acuan dalam waktu dekat ini. Kemungkinan yang paling dekat adalah kenaikan bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan ini. Dan disaat pengendalian inflasi masih jauh dari kata selesai. Maka belum bisa dipastikan kapan sebenarnya kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS akan berhenti.
Hal itu disampaikan, Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Sabtu (1/7/2023) sore.
Ditambahkannya, sebagai akibatnya, harga emas pada tanggal 29 juni kemarin sempat menyentuh $1.897 per ons troy. Yang kalau dirupiahkan harga emas anjlok dikisaran 917 ribu per gramnya. Dengan asumsi mata uang rupiah berada di level 15.000 per US Dolar. Namun di akhir pekan ini, harga emas berangsur pulih dikisaran $1.919 per ons troy, jelasnya.
Kemudian, lanjutnya jika mengacu asumsi mata uang Rupiah di level 15.000 per US Dolar. Maka harga emas saat ini ditransaksikan dikisaran 928 ribu per gramnya. Harga emas sangat bergejolak belakangan ini, dimana tekanan dalam jangka pendek banyak dipicu oleh rencana kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS. Dan sampai sejauh ini, belum ada tanda-tanda tekanan terhadap emas berakhir.
"Karena The FED sendiri masih belum bisa memastikan di level berapa nantinya suku bunga acuan Bank Sentral AS akan berakhir. Dan sebelum target inflasi AS tercapai, maka emas akan selalu dibayangi tekanan dari mata uang US Dolar. Meski demikian saya menilai bahwa sinyal dihentikannya kenaikan suku bunga acuan The FED akan tetap terlihat lebih cepat dibandingkan dengan realisasi kebijakan menghentikan bunga acuan atau bahkan menurunkannya nanti," ucap Gunawan.
Selain itu, dalam jangka pendek, setidaknya dalam kurun waktu setahun kedpean, emas sangat berpeluang untuk bergerak dalam rentang $1.850 hingga $2.030 per ons troy nya. Akan tetapi, jika situasi ekonomi sesuai dengan prediksi, dan inflasi di AS memang bergerak seperti yang diharapkan. Maka pada dasarnya sinyalemen penghentian akan terihat paling cepat di akhir tahun ini, atau bahkan sinyal penurunan bunga acuan akan terlihat di tahun 2024 akhir nantinya.
Pada dasarnya emas memiliki prosfek pemulihan dalam jangka panjang. Di tahun depan saya menilai harga emas berpeluang untuk kembali menguji level 2.000 per ons troy. Dan jika suku bunga acuan diturunkan, inflasi relatif terjaga, serta situasi geopolitik mendukung. Emas berpeluang untuk naik di level $3.000 per ons troy, atau mungkin menyentuh 1.5 juta per gram di tahun 2024 mendatang tutup Gunawan. (Jae)
Komentar