Eropa Resesi Dan China Melambat, Sumut Sudah Kena Imbasnya
RUBIS.ID, MEDAN - Data ekspor China yang terjun bebas sebanyak 7.5% di bulan Mei, ditambah dengan kinerja sektor manufakturnya yang terkontraksi. Dan diperburuk dengan kinerja pertumbuhan ekonomi China yang tidak seusai harapan serta diragukan kehandalannya, dimana China hanya tumbuh 4.5% di kuartal pertama tahun ini. Yang pada dasarnya telah memicu terjadinya pemburukan kinerja ekspor Sumut, dan pastinya akan menekan laju pertumbuhan ekonomi di wilayah ini.
"Dan sayangnya setelah China, dalam sepekan belakangan ini kita mendapat kabar bahwa Eropa masuk dalam jurang resesi. Dimana ekonomi eropa tumbuh -0.1% selama dua kuartal berturut-turut. Bagi Sumut, ancaman resesi yang sudah muncul di akhir tahun lalu pada dasarnya sudah memukul kinerja ekspor Sumut yang anjlok sejak kuartal keempat 2022, dan masih berlanjut hingga saat ini" ujar Gunawan Benjamin, Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Minggu (11/6/2023)sore.
Gunawan menyebutkan, Ekspor sumut dari sisi volume mengalami penurunan di Q4 2022 terhadap Q3 2022 sebesar 5.8%. Dan berlanjut lagi mengalami penurunan di kuartal pertama 2023 (Q1) terhadap kuartal keempat (Q4) 2022 sebesar 7.1%. Dan dikuartal kedua (Q2) tahun 2023 ini, ekspor Sumut diperkirakan akan anjlok 5% hingga 7% dibandingkan dengan kuartal pertama (Q1) 2023. Potensi penurunan kinerja Ekspor Sumut dipicu oleh penurunan harga komoditas serta permintaan atau demandnya, ucapnya.
Ekspor Sumut,lanjut Gunawan pada bulan April yang turun pada dasarnya ini penurunan yang sifatnya musiman, seiring dengan libur panjang perayaan idul fitri. Tetapi disisi lain saya meragukan apakah ekspor Sumut dari sisi berat atau volume tersebut mampu dipertahankan setidaknya diatas 800.000 ton setiap bulannya. Bila berkaca pada situasi sekarang ini, dimana Negara mitra dagang Sumut banyak yang mengalami perlambatan bahkan masuk dalam jurang resesi. Saya melihat eskpor di tahun ini akan lebih buruk dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sebutnya.
Ditambahkan Gunawan, penurunan akan terlihat lebih menyeramkan jika membandingkan penurunan ekspor secara nominal antara tahun 2023 dengan tahun 2022. Penurunan ekspor ini akan sangat erat kaitannya dengan produksi, dimana produksi yang menurun memiliki dampak serius terhadap potensi terjadinya PHK di masing masing perusahaan, khususnya yang berorientasi ekspor.
Dengan penurunan produksi tersebut, Sumut berhadapan dengan penambahan jumlah angka pengangguran dan peningkatan pekerja informal, dan bahkan sangat bepeluang menambah deretan jumlah masyarakat miskin. Jadi pada dasarnya Sumut sudah mendapatkan tekanan ekonomi yang dipicu oleh perlambatan ekonomi di Negara lain sejak tahun lalu.
Dan situasinya kian memburuk, karena belakangan china juga tidak mampu di harapkan sebagai motor pemulihan ekonomi dunia. Terlebih karena sektor manufakturnya terkontraksi serta indeks harga produsennya anjlok 4.5% di bulan Mei. Dan sebagai tambahan ekspor Sumut ke china anjlok 28% di bulan april secara bulanan. Dan pangsa ekspor sekitar 12% (FoB) ke eropa juga berpeluang tergerus baik dikarenakan resesi di eropa, juga dipicu penerapan kebijakan EUDR yang jelas merugikan Sumut, imbuh Gunawan.(jae)
Komentar