Harga Cabai Semakin Pedas, Kesejahteraan Petani Justru Masih Tertinggal

RUBIS.ID, MEDAN - Pada bulan November 2023, Sumut mengalami inflasi sebesar 0.45% secara bulanan atau month on month. Laju tekanan inflasi di Sumut masih sesuai dengan ekspektasi sebelumnya. Dimana harga kebutuhan pangan menjadi penyumbang terbesar kenaikan laju tekanan inflasi. Kenaikan harga cabai yang berada dikisaran 60 ribuan per Kg seakan memberikan dorongan bagi kemungkinan pemulihan daya beli petani. Hal itu diungkapkan Gunawan Benjamin selaku Pengamat Ekonomi Sumatera Utara kepada tim Rubis.id, Sabtu ( 2/12/2023).

Dikatakan Gunawan, Harga cabai merah dan cabai rawit mengalami kenaikan 57% dan 43% di bulan November dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan komoditas cabai turut menyumbang kenaikan NTP tanaman hortikultura yang naik menjadi 92.61 (November) dibandingkan dengan bulan sebelumnya di level 87.71 . Bahkan jika membandingkan rilis BPS, indeks yang dibayar petani sebesar 116.78, masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan indeks yang diterima oleh petani tanaman sayur-sayuran yang sebesar 115.89.

“Artinya petani tanaman sayur-sayuran sekalipun yang merupakan subsektor tanaman hortikultura, daya belinya masih terganggu. Petani masih terbebani dengan pengeluaran rumah tangga maupun agroinput yang lebih tinggi, dibandingkan dengan pendapatan dari hasil jualan tanamannya. Dan di bulan November kemarin inflasi di Sumut salah satunya dipicu oleh kenaikan harga beras,” pungkasnya.

Dan secara tahunan atau year on year, lanjutnya, komoditas beras, rokok, dan gula pasir menjadi penyumbang kenaikan laju tekanan inflasi. Saya menilai pengeluaran rumah tangga petani tanaman hortikultura tergerus dari kenaikan harga beras, rokok dan gula pasir.” Artinya petani hortikultura bisa saja menjadi konsumen untuk produk tanaman pangan seperti beras. Dan sudah pasti akan menjadi konsumen gula pasir, dan sebagian besar juga konsumen rokok,” Ujar Gunawan.

Sementara itu, kenaikan pengeluaran untuk bercocok tanam secara bulanan juga mengalami kenaikan. Disini masalahnya ada pada agroinput yang banyak disumbang oleh kenaikan harga pupuk, pestisida, bibit, pengolahan lahan hingga gaji buruh tani. Secara keseluruhan kesejahteraan petani masih belum terlihat, hanya tanaman petani perkebunan rakyat yang sejauh ini masuk dalam kategori aman. Dan selebihnya masih menghadapi ancaman.

“Ancaman yang saya kuatirkan yakni harga cabai saat ini sudah terbilang sangat mahal, potensi koreksinya sudah terlihat. Namun nantinya jika harga cabai anjlok dikisaran harga kekeonomian atau lebih rendah. NTP tanaman hortikultura justru sangat berpeluang mengalami penurunan. Disisi lain, harga beras, gula pasir maupun rokok menjadi komoditas pangan yang tidak akan turun lagi,”katanya.

Ia menambahkan, Jadi kedepan itu tantangannya adalah potensi penurunan pendapatan yang tercermin dari penurunan indeks yang didapat oleh petani. Dan diperburuk dengan indeks pengeluaran petani yang bisa saja tetap atau bahkan naik. “Indeks pengeluaran bisa ditekan jika menggunakan pupuk pengganti kimia, meskipun muncul masalah baru yakni potensi penurunan produktifitas,” tutupnya.(IL)

Komentar

Loading...